Nama : Shofi
Nazilatur Rizqi
NIM :
25010112130383
TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN “FOOD SANITATION”
1. Bagaimana infeksi, intoksikasi dan toksin infeksi
dimediasi menyebabkan penyakit bawaan makanan?
Ø Infeksi
Bakteri patogen dapat menginfeksi
korbannya melalui pangan yang dikonsumsi. Dalam hal ini, penyebab sakitnya
seseorang adalah akibat masuknya bakteri patogen ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan yang
telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang tertelan harus memadai.
Hal itu dinamakan dosis infeksi. Beberapa
bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga
menimbulkan sakit
adalah
1.
Salmonella
Salmonella merupakan
bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan tidak
menghasilkan
spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur
dan
daging
ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit
yang
diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis.
Cara penularan yang utama adalah dengan
menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang
terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng
terinfeksi,
binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang akibat higiene
yang
buruk.
Penularan dari satu orang ke orang lain juga dapat terjadi selama infeksi.
Gejala
keracunan:
Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella,
gejala yang terjadi adalah diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam
setelah mengkonsumsi pangan
yang tercemar. Gejala lainnya
adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung
selama lebih
dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella
ini juga
dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang
yang
mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh.
Penanganan:
Untuk pertolongan dapat diberikan cairan
untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
2.
Clostridium perfringens
Clostridium perfringens merupakan
bekteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora serta bersifat
anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging
mentah,
unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat
menghasilkan enterotoksin
yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh
bakteri
di dalam usus.
Gejala
keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi sekitar
8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar bentuk vegetatif
bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif bakteri akan menghasilkan
enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang
timbul
berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat
berlanjut selama
12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2
minggu (terutama
pada anak-anak dan orang lanjut usia).
Penanganan:
Tidak ada penanganan spesifik, kecuali
mengganti cairan tubuh yang hilang. Tindakan pengendalian khusus terkait
keracunan pangan akibat bakteri ini bagi rumah tangga
atau
pusat penjual makanan antara lain dengan melakukan pendinginan dan penyimpanan
dingin
produk pangan matang yang cukup dan pemanasan ulang yang benar dari masakan
yang
disimpan sebelum dikonsumsi.
Ø Intoksikasi
Ø adalah keracunan akibat mengonsumsi makanan yang
mengandung bahan kimia beracun. Bahan-bahan racun seperti preservatif,
pestisida dsb. masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup)
Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik
bakteri patogen (baik itu toksik maupun metabolit toksik) . bakteri tumbuh pada
pangan dan memproduksi toksik. Jika pangan ditelan maka toksik tersebut yang
akan menyebabkan gejala bukan bakterinya.dalam hal ini adalah termakanya racun
yang dihasilkan lebih dulu oleh pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan
yang mengakibatkan pengaruh pada konsumen.
Bahan-bahan
racun seperti preservatif, pestisida dsb. masuk ke dalam tubuh organisme (jasad
hidup) melalui:
1. Kulit luar
2. Mulut dan saluran makanan
3. Saluran pernapasan
Melalui
kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam
sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut,
racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah.
Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat
langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan
CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute
toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula
terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan racun
penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity).
Beberapa bakteri patogen yang
dapat mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah
1. Bacillus cereus
Bacillus
cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang,
tergolong bakteri Gram-positif, bersifat
aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang
menelan
bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan
toksin
di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin
tersebut.
Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh
Bacillus cereus, yaitu toksin
yang menyebabkan
diare
dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).
-
Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare,
maka
gejala
yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual,
nyeri
perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.
- Bila seseorang
mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah, gejala yang timbul akan
bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran bagian atas, berupa
mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan
yang tercemar
Bakteri penghasil toksin penyebab muntah
bisa mencemari pangan berbahan beras, kentang tumbuk, pangan yang
mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri penghasil
toksin
penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging. Tindakan pengendalian
khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan terkait bakteri ini adalah pengendalian
suhu yang efektif untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak tersedia
lemari pendingin, disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera
dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas
dan pemanasan berulang, proses penggorengan pangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.
2.
Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan
bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora tahan panas, bersifat
anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan
botulinum,
bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin
botulinum
bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit cukup
untuk
merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu pemanasan
normal dan
dapat
bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan.
Gejala
keracunan:
Gejala botulism berupa mual, muntah,
pening, sakit kepala, pandangan berganda, tenggorokan
dan
hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada
beberapa kasus
dapat
menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin tertelan.
Masa
sakit
dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari
Penanganan:
Tidak ada penanganan spesifik untuk
keracunan ini, kecuali mengganti cairan tubuh yang
hilang. Kebanyakan keracunan
dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru (khususnya di rumah atau industri
rumah tangga), misalnya pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam, pengasapan,
pengawetan dengan asam atau minyak
Penanganan:
Tidak ada penanganan spesifik untuk
keracunan ini, kecuali mengganti cairan tubuh yang
hilang. Kebanyakan keracunan
dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru (khususnya di rumah atau industri
rumah tangga), misalnya pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam, pengasapan,
pengawetan dengan asam atau minyak
Ø Toksin
Infeksi dimediasi disebabkan oleh
makan makanan yang mengandung mikroorganisme berbahaya yang menghasilkan racun
sekali di dalam tubuh manusia.
Toksin: Infeksi dimediasi berbeda dari keracunan karena toksin yang diproduksi
di dalam tubuh manusia.
Daftar Pustaka
Buckle, dkk. Terj. Hari purnomo. 1985. Ilmu Pangan. UI
Press: Jakarta
2. Siapakah empat kelompok orang yang cenderung menjadi
yang paling rentan terhadap penyakit bawaan makanan?
- Wanita
Hamil
Ketika seorang wanita hamil, sistem
kekebalan tubuhnya melemah, yang membuat lebih sulit untuk melawan
mikroorganisme berbahaya dalam makanan. Pada saat yang sama, sistem kekebalan
tubuh bayi yang belum lahir ini tidak dikembangkan cukup untuk melawan bakteri
berbahaya. Selain itu, racun tertentu dalam makanan, seperti merkuri, dapat
merusak system syaraf perkembangan bayi yang belum lahir itu.
· Manula (65 th keatas)
Semakin bertambahnya usia, sistem
kekebalan tubuh kita dan organ lainnya di dalam tubuh kita menjadi kurang
efektif dalam mengenali dan membersihkan tubuh dari mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit bawaan makanan. Jika orang tua tertular penyakit bawaan
makanan, ada kemungkinan besar bahwa efek akan serius atau bahkan mematikan.
· Orang dengan penyakit kronis
Jika Anda memiliki penyakit kronis
seperti AIDS, kanker, atau diabetes, penyakit dan kadang-kadang perawatan yang
dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Demikian pula, jika Anda seorang
penerima transplantasi, Anda mengambil obat-obatan yang Anda ambil untuk
mencegah tubuh Anda dari menolak organ baru. Obat ini juga mencegah sistem
kekebalan tubuh dari mikroorganisme berbahaya menyerang dalam makanan.
· Anak dibawah 4 tahun
Pada anak dibawah usia 4 tahun
sangat rentan sekali terhadap penyakit yang dibawa oleh makanan, karena sitem
immune di dalam anak dibawah 4 tahun masih belum terbentuk sempurna.
3. Apakah tiga kelas bahaya bawaan makanan? Berikan
contohnya masing-masing kelas!
1. Pencemaran Makanan Secara kimia
Berbagai fenomena yang berhubungan dengan keracunan makanan banyak kita
jumpai, kasus yang cukup terkenal mengenai keracunan makanan oleh bahan kimia
adalah tragedi Minamata Diseases. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada
orang yang bertempat tinggal di sekitar teluk Minamata Jepang tahun 1953,
penyakit ini disebabkan oleh senyawa Air Raksa (Hg) yang biasanya dihasilkan
oleh bahan kimia yang dipakai dalam fungisida dan industri plastik dan
limbahnya dibuang di sekitar teluk, masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan
kerang yang ada di pinggir teluk tersebut terpapar dalam jangka waktu lama,
yang pada akhirnya menimbulkan penyakit. Di Indonesia kasus biskuit beracun
yang terjadi tahun 1992 penambahan kandungan Sodium Nitrat yang berlebihan
dalam biskuit. Nitrit yang menyebabkan keracunan pada anak-anak dan orang
dewasa, dalam bantuk kalium atau natrium biasanya dipakai sebagai bahan
pengawet makanan. Misalnya dipakai untuk mengawetkan daging dengan mencegah
pertumbuhan kuman yang bisa hidup tanpa oksigen (anaerob) . Nitrit mengubah
lingkungan kuman sehingga pertumbuhan kuman tidak memungkinkan. Pengolahan kue
juga bisa memakai bahan pengawet ini, tapi ada batas tertentu yang bisa
ditoleransi oleh tubuh atau Nilai Ambang Batas. Jika melebihi NAB makan akan
menimbulkan efek keracunan bagi orang yang mengkonsumsinya.
Jika seseorang memakan makanan yang mengandung benda asing baik organik
maupun anorganik yang bersifat racun , sehingga mengubah sifat asli makanan
tersebut dan menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan bagi yang memakannya,
hal ini disebut Food Poisoning (keracunan makanan). Ada beberapa hal yang
menjadi penyebab timbulnya kasus keracunan makan makanan ditinjau dari sudut
kimia :
1.
Makanan terkontaminasi oleh
bahan-bahan kimia
Kontaminasi
karena bahan kimia sering terjadi karena kelalaian atau kecelakaan , seperti
meleltakkan pestisida dengan bahan makanan, kelalaian dalam pencucian sayuran
atau buah-buahan sehingga sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa
pestisida dan kelalaian memasukkan bahan kimia yang seyogyanya dipakai untuk
kemasan dimasukkan ke dalam makanan. Bahan kimia yang terdapat dalam bahan
makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia. Beberapa
zat yang sering menimbulkan keracunan manusia adalah :
1. Zinc, terdapat pada perlatan dapur akan
mengalami reduksi bila kontak dengan bahan makan yang bersifat asam.
2. Insektisida, keracunan ini terjadi karena
mengkonsumsi makanan yang masih mengandung residu pestisida, seperti pada syran
dan buah-buahan.
3. Cadmium, keracunan ini bisa terjadi karena Cd
yang terdapat pada peralatan dapur dengan kontak dengan makanan yang bersifat
asam.
4. Antimonium, berasal
dari perlatan dapur yang dilapisi dengan email kelabu murahan.
2.
Penggunaan Zat Aditif
Zat aditif
bahan makanan biasanya digunakan secara sengaja , zat tambahan tadi dapat
menyebabkan makanan lebih sedap, tampak lebih menarik, bau dan rasa lebih
sedap, dan makanan lebih tahan lama (awet) , tetapi karena makanan tersebut
dapat berbahaya bagi manusia maka disebut zat pencemar. WHO mensyaratkan zat
tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Aman digunakan
2.
Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri
pengaruh yang diharapkan
3.
Sangkil secara teknologi
4.
Tidak boleh digunakan untuk menipu pemakai
dan jumlah yang dipakai haruslah minimal.
Pemakaian
zat tambahan yang aman digunakan merupakan pertimbangan yang penting , walaupun
tidak mungkin untuk mendapatkan bukti secara mutlak bahwa suatu zat tambahan
yang digunakan secara khusus tidak toksik bagi semua manusia dalam semua
kondisi, paling tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis,
dan biokemis pada binatang percobaan yang dusulkan dapat dipaki sebagai dasar
yang beralasan bagi penilaian pemakian suatu zat tambahan pada bahan makanan.
Akan tetapi permasalahan yang sering muncul adalah pihak produsen makanan lebih
memperetimbangkan segi untungnya dari dampak timbul bagi kesehatan masyarakat
yang mengkonsumsi makanan yang dihasilkannya. Karena pertimbangan ini sering
terjadi pemalsuan dalam perdagangan makanan, kalau pemalsuan sebatas merk
dagang yaitu dengan meniru nama produk yang digemari masyarakat tidak akan
memberikan masalah yang besar bagi kesehatan masyarakat, tetapi bila pemalsuan
tersebut bertujuan agar produk yang mestinya dibuang baik karena kesalahan
produksi, maupun telah melebihi masa kadaluarsa, bila dipasarkan kembali akan
sangant membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Ada beberapa cara pemalsuan
yang sering terjadi dan ini dilakukan oleh penjual /produsen :
- Menghilangkan
bau, seperti penambahan cuka pada ikan yang telah membusuk
- Memberikan
kesegaran palsu, misalnya dengan menambahkan zat warna pada daging
- Menambahkan
zat putih pada tepung.
- Menambahkan
tanggal kadaluarsa suatu produk
- Menyalurkan
kembali makanan yang telah kadaluarsa melalui paket-paket hadiah atau parcel.
Selain penyalahgunaan zat aditif tersebut bisa toksik pada seseorang yang
mengkonsumsi makanan dengan kandungan zat tambahan yang melebihi kadarnya dalam
waktu relatif lama . Sifat toksik tersebut yang muncul setelah terpapar dalam
rentang waktu relatif lama, seperti penggunaan sakarin dan siklamat (pemanis
buatan) akan meracuni hati, penggunaan Monosodium Glutamat (penyedap rasa) akan
merusak jaringan otak dan banyak bahaya zat tambahan lain yang bisa
membahayakan kesehatan manusia.
c. Penggunaan bahan makanan seraca alamiah mengandung racun
Keracunan
makanan bisa terjadi akibat racun secara alamiah terdapat dalam makanan itu
sendiri, keracunan seperti itu terjadi karena kelalaian atau ketidaktahuan
masyarakat yang mengkonsumsinya, misalnya keracunan singkong karena adanya asam
sianida (HCN) yang pada dosis tertentu bisa menyebabkan kematian. Singkong yang
dikonsumsi tidak dicuci dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya.
Demikian juga dengan keracunan jengkol karena adanya kristal asam jenkolat yang
bisa menyumbat saluran air seni apabila kandungan jengkolat yang terakumulasi
dalam tubuh.
2. Pencemaran Makanan Secara Biologi
Makanan yang disukai manusia pada umumnya disukai oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri dan jamur yang menyerang bahan makanan yang mentah
seperti pada sayuran, buah-buahan, susu, daging, dan banyak makanan yang sudah
dimasak seperti nasi. Roti, kue dan lauk pauk.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan kelezatannya
bahkan makan yang telah mengalami penguraian dapat menyebabkan sakit bahkan
kematian. Bakteri yang tumbuh di dalam makanan mengubah makanan tersebut
menjadi zat organik yang berkurang energinya. Populasi mikroba pada berbagai
jenis bahan pangan umumnya sangat spesifik, tergantung dari jenis bahan
pangannya, kondisi lingkungan dan cara penyimpanannya dalam batas-batas tertentu
kandungan mikroba pada bahan pangan adalah berpengaruh terhadap ketahanan bahan
pangan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam
pangan dapat bersifat fisik, kimia atau biologis yang meliputi :
1. Faktor intrinsik, merupakan sifat fisik, kimia dan
struktur yang dimiliki oleh bahan pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi,
pH, senyawa mikroba.
2. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan pada
penganan dan penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas di
atmosfer.
3. Faktor
implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.
4. Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal
sebagai akibat pengolhan bahan pangan, misalnya pemansan, pendingan, radiasi
dan penambahan bahan pengawet.
Beberapa jenis /spesies dari bakteri saproba dan bakteri patogen dapat
serta tumbuh dan berkembang biak dengan baik
jika makanan yang dihinggapi itu mempunyai pH, kelembaban dan temperatur yang
menguntungkan bagi kehidupan mereka, toksin yang dihasilkan ada dua: pertama
dapat berupa enterotoksin, yaitu toksin yang mengganggu alat-alat pencernaan,
kedua neurotoksin yaitu toksin yang mengganggu urat syaraf kita. Diantara
racun-racun tersebut racun yang dihasilkan oleh Clostridium Botulinum, seperti
makanan dalam kaleng, spora-spora dari bakteri tidak mati dalam proses
pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) dari suhu yang menguntungkan,
maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan
toksin, racun yang dihasilkan itu tidak mengganggu alat pencernaan melainkan
mengganggu urat saraf tepi, seperti racun Botulinum type A, B., C, D, dan E.
Diduga Clostridium Welchii dan Perfringens juga menghasilkan Botulinum.
Dibeberapa daerah Jawa Tengah pernah terjadi keracunan setelah mengkonsumsi tempe
Bongkrek (dari ampas kelapa) , racun yang terdapat yaitu asam Bongkrek yang
dihasilkah Pseudomonas Cocovenenans. Kemudian di Jawa Barat keracunan Oncom
yang terbuat dari kacanag tanah atau ampas tahu, sedang raginya berupa jamur
Monilia Sitophiladari spesies jamur tak sempurna , keracunan terjadi dari jenis
jamur Neurospora Sitophila. Makanan yang ditumbuhi Aspergillus Flavus dapat
mengandung racun Aflatoksin yang
berbahaya sekali jika sampai termakan, keracunan juga dapat diakibatkan karena
memakan udang terutama pada kondisi orang tertentu. Perlakuan panas yang tidak
cukup pada pengalengan daging sering kali menyebabkan spora bakteri pembusuk jenis Clostridia
anaerob mengalami germinasi. Pencemaran oleh Clostridium Aerofoeticum dan C.
Welchii akan menimbulkan bau busuk. Bakteri fakultatif anaerob seperti
Pseudomonas putrafaciens, Flavobakterium Elastolyticum atau Protues Vulganbis
dapat menyebabkan dekomposisi protein yang akan menghasilkan campuran berbagai
metabolit berbau busuk ini berasal dari pencemaran bahan-bahan organik yang
mengandung senyawa nitrogen yang bobot molekulnya rendah seperti asma amino dan
protein. Resiko akibat gangguan kesehatan akibat pencemaran bahan kimia adalah
:
a)
Relatifberjalan lama (kronis) &sangatpotensial :
1.mutagen (perub. gen)
2.teratogen (gangguankesehatan)
3.karsinogen (menyebabkankanker)
b) Gangguan
yang bersifatakut :
1.Keracunanlogamberat
2.Alergi (residuantibiotik
3. Pencemaran Makanan Secara Fisik
Akibat
pencemaran yang tidak disengaja, kelalaian personal/ salah handling/penangan makanan yang buruk. Dapat menimbulkan gangguan kesehatan, kesakitan/ luka pada konsumen.
Contoh :pecahan gelas, patahan tusuk gigi,
perhiasan, rambut, kuku , tulang
Sumber
Bahaya Fisik:
·
Binatang pengerat, burung, serangga
·
Personal
·
Peralatan
·
Lingkungan
·
Air
Daftar
Pustaka
Achmad
Djaeni Sediaoetama, Prof.DR.MSc. 1989.Ilmu Gizi. Dian Rakyat: Jakarta
Alan Berg
and Robert J. Muscat. 1987. Faktor Gizi. Bharata Karya Aksara: Jakarta
Tresna
Sastrawijaya, MSc. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka
Cipta: Jakarta
Majalah
Kesehatan, edisi III. 1992
4. Makanan apa yang berpotensi menimbulkan bahaya (waktu,
suhu, control untuk keselamatan makanan) ? apa yang menyebabkan makanan ini
menjadi sering dikaitkan dengan wabah penyakit bawaan makanan? Dan adalah zona
bahaya suhu, dan mengapa itu penting untuk keamanan pangan?
Makanan yang berpotensi menimbulkan bahaya adalah makanan
yang memiliki sanitasi yang buruk. Biasanya hal ini disebabkan oleh 3 faktor
yaitu faktor fisik, kimia dan mikrobiologis. Hal ini bisa terjadi pada kondisi
ketika kontaminasi bakteri dapat terjadi pada makanan mentah, dalam makanan
dimasak yang belum ditangani, dan pada permukaan peralatan dan peralatan yang
telah terkontaminasi oleh makanan hewani mentah, manusia, atau hama seperti
serangga. Selain itu, produk makanan tertentu membutuhkan waktu dan kontrol
suhu untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembentukan toksin.
Bakteri patogen dapat menyebabkan penyakit ketika mereka atau racun mereka
dikonsumsi dengan makanan. Tidak seperti organisme pembusukan, bakteri patogen
tidak biasanya mengubah cara makanan terlihat, selera, atau bau. Oleh karena
itu orang makan makanan yang tercemar tidak mencurigai mereka membuka diri
untuk agen yang dapat membuat mereka sakit.
Makanan yang berpotensi bahaya:
apabila ditinggalkan di ruangan yang hangat, apabila
dipanaskan perlahan-lahan, selama proses pendinginan setelah dipanaskan, apabila
terkena cahaya matahari di jendela-jendela took, apabila saus/kaldu yang panas
dituangkan pada makanan yang dingin.
Suhu zona bahaya adalah pertumbuhan yang cepat
biasanya terjadi ketika makanan yang diletakkan pada suhu antara 41 ° F dan 135
° F (5 ° C dan 57 ° C). Ini adalah rentang suhu yang disebut sebagai zona
bahaya suhu makanan.
Penyakit yang mungkin bisa timbul yaitu, penyakit
kurang kalori dan protein, penyakit kegemukan, anemia, Zerophtalmia dan
lain-lain.
Daftar pustaka
Darsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu
Llingkungan. Universitas Atma jaya: Jogjakarta
Slamet. Juli sumirat. 2002. Kesehatan Lingkungan.
Gajah Mada University Pess: Jogjakarta
5. Apakah yang dimaksud dengan kebersihan pribadi yang buruk, dan bagaimana hal itu
bisa menyebabkan penyakit bawaan makanan?
Kebersihan diri atau personal
higene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya
untuk memperoleh kesehatan fisik dan psikologis. (Wahid Iqbal, 2008)
Yang dimaksud dengan kebersihan
pribadi yang baik menurut saya adalah hal yang paling utama dalam hidup, maksud
dari kebersihan ini adalah kebersihan yang ada pada tubuh kita seperti
kebersihan badan, muka, tangan, dan kaki harus bebas dari mikroba. Semua
dilakukan agar kita bersih dan tetap sehat. Orang sehat juga dapat menjadi
sumber mikroba, apabila kita tidak melakukan kebersihan itu setiap hari secara
teratur maka dapat dikatakan kebersihan pribadi yang buruk karena kuman dan
banyak lagi benda yang kita pegang tanpa kita diketahui benda itu mengandung
kuman yang tidak baik untuk kesehatan.
Apabila kebersihan pribadi yang buruk ini tidak
dikurangi maka pada saat kita tidak menjaga kebersihan makanan pada saat
mengambil makanan contohnya tidak mencuci makanan sebelum dan sesudah mengambil
makanan maka kuman-kuman yang ada ditangan kita itu akan menempel pada
makanan-makanan kita itu sehingga pada makanan tersebut akan membawa penyakit
yang akan ditularkan ke manusia lain. Oleh karena itu kebersihan pribadi yang
baik sangat penting ketika menangani makanan. Sehingga orang yang tidak berlatih kebersihan pribadinya secara
baik merupakan ancaman utama terhadap keamanan pangan.
Daftar pustaka
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/0810712004/bab2.pdf
6. Apa maksud dari kontaminasi silang,
dan bagaimana cara untuk mencegahnya?
Kontaminasi banyak terjadi pada bahan pangan, maslah ini timbul akibat
peralatan yang tidak saniter serta bahan yang kontak langsung maupun tidak
langsung kurang diperhatikan perawatanya, bahan pengemas merupakan salah satu
contoh yang dapat digunakan , bahan ini diharuskan tidak menimbulkan racun serta membahayakan kesehatan. (
Fardiaz, 1990)
kontaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan
makanan mentah maupun makanan masak melalui perantara. Bahan kontaminan dapat
berada dalam makanan melalui berbagai pembawa antara lain serangga, tikus,
peralatan ataupun manusia yang menangani makanan tersebut yang biasanya
merupakan perantara utama (Purnawijayanti, 2001)
Kontaminasi silang dapat terjadi apabila:
Produk
pangan yang sudah diolah tercemar kembali oleh cemaran dari bahan mentah yang
masih kotor. Ini dapat terjadi karena produk pangan yang telah diolah
diletakkan di dekat bahan mentah yang masih kotor.
Produk
pangan tercemar kembali oleh cemaran dari meja kerja dan lingkungannya masih
kotor.
Produk
pangan yang tercemar kembali oleh cemaran dari meisn dan peralatan yang masih
kotor, ini tejadi kalau peralatan yang masih kotor atau wadah-wadah yang belum
dibersihkan diletakkan berserakan bercampur dengan produk pangan yang sudah
diolah.
Cara
mencegah kontaminasi silang:
1.
Memisahkan makanan mentah dengan
makanan siap santap.
2.
Menjamin kebersihan peralatan yang
digunakan.
3.
Menyimpan makanan dalam wadah bersih
dan tertutup.
4.
Menjaga kebersihan tangan dan
menerapkan praktek kebersihan pribadi yang baik.
5. Menjaga kebersihan
dan pengendalian hama
Daftar Pustaka
7. Silakan mendiskusikan pernyataan ini:
Akses ke makanan sehat adalah masalah keadilan lingkungan
Untuk menjaga kesehatan, orang perlu makan makanan yang bergizi,, jika kita
tidak dapat menanam, membeli atau barter makanan yang untuk keluarga dan kita
sendiri, maka kita menghadapi kelaparan,
kurang gizi, dan gangguan kesehatan lainya. Setiap
orang memiliki keinginan untuk mengkonsumsi dan mendapatkan makanan yang sehat,
bergizi dan memenuhi standar kebersihan yang baik. Kita hidup dalam lingkungan,
yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam lingkungan adalah bagian
hidup manusia. Lingkungan sekitar kita sebenarnya telah menyediakan beragam
kekayaan hayati untuk dimanfaatkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia.
Hanya saja kemampuan dan keinginan manusia per individu berbeda dalam menyadari
pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat. Bagi mereka yang peduli terhadap
akses untuk mendapatkan makanan dalam standar tersebut, tentunya mereka akan
berupaya dengan segala kemungkinan yang ada agar apa yang ia konsumsi sesuai
dengan kebutuhan tubuh pada umumnya. Namun bagi yang tidak peduli, ia akan
sulit menyadari pentingnya menjaga asupan makanan yang sehat sehingga apa yang
ia makan tidak terseleksi dengan baik. Dalam hal ini keadilan lingkungan tidak
mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya kecukupan asupan makanan sehat pada tiap
individu karena pada dasarnya alam sudah menyediakannya untuk manusia, hanya
saja semua tergantung dari masing-masing individu dalam menyeleksi apa yang
akan masuk dalam tubuhnya.
8. Jelaskan tentang
masalah keamanan pangan di Indonesia. Sebutkan referensi
(minimal 5)
Pada bacaan
ini dijelaskan bahwa masyarakat di dunia mengalami peningkatan jumlah orang yang
kelaparan pada tahun 2010 menjadi 1 miliar, padahal tujuan dari MDG
(Pembangunan Milenium) di bidang pangan menargetkan jumlah penduduk dunia yang
kelaparan berkurang dari 800 juta jiwa tahun 2002 menjadi 400 juta tahun 2015.
Namun hal ini tidak berhasil diwujudkan karena pada tahun 2010 penduduk dunia
yang kelaparan mengalami pert ambahan
yang sangat banyak.
Ancaman
krisis pangan nasional semakin bertambah karena adanya pemanasan global.
Amerika Serikat mengalami kekeringan 60 persen wilayah pertaniannya, sehingga
mempengaruhi persediaan pangan dunia hingga harga melonjak.
Indonesia
sebagai negara yang jumlah penduduknya besar dan potensi sumber daya melimpah,
kita perlu mengetahui bahwa negara lain ingin memanfaatkan Indonesia sebagai
sumber bahan mentah sekaligus sebagai pasar bagi produksi negaranya. Maka perlu
membangun kedaulatan pangan agar keberanian kita melakukan pilihan-pilihan yang
mungkin pada jangka pendek terasa pahit , tetapi membuahkan kondisi yang baik
pada jangka panjang. Sebaiknya lahan pertanian di Indonesia jangan dipersempit
lagi agar produksi pangan tidak menurun. Melihat luasnya masalah, maka semua
pihak yang terlibat perlu bergerak bersama membangun kemandirian dan kedaulatan
pangan.
Pada bacaan ini dijelaskan bahwa
krisis pangan di dunia itu diawali dari persediaan stok biji-bijian yang
mencapai titik terendah, dimana produsen pangan di dunia terutama Amerika
Serikat dan Rusia mengalami penurunan cadangan pangan cukup besar.
Kebijakan klasik yang diambil
pemerintah terkait dengan krisis pangan adalah penurunan tarif impor hinggaa 0
persen. Kebijakan ini dipastikan tak akan efektif meredam kenaikan harga pangan
kerena tarif impor saat ini sudah cukup rendah, padahal harga komoditas
biji-bijian diluar beras masih akan terus meningkat. Solusi lain yang sering ditawarkan adalah
meningkatkan luas areal pangan. Usulan ini selalu muncul setiap muncul masalah
pangan di Indonesia. Segala rancangan-rancangan dibuat untuk memperbanyak lahan
pertanian tetapi tidak ada konsistensi menjalankannya.
Maka perlu dilakukan untuk mengubah
paradigma pembangunan pertanian dari orientasi produksi ke orientasi petani.
Sejak Orde Baru hingga kini, petani hanya menjadi onyek kebijakan pertanian
yang kadang dianggap adalah orang yang bahkan tidak mengerti tentang pertanian.
Upaya meretas krisis pangan di masa
depan sangat terkait upaya meningkatkan hak dan kedaulatan petani. Prestasi
petani Indonesia sebenarnya sudah cukup tinggi. Di wilayah ASEAN yang punya
kemiripan tanah dan iklim, produktivitas padi dan jagung Indonesia tertinggi.
Produktivitas kedelai juga sangat mungkin ditingkatkan. Melalui jaminan harga
yang memadai, subsidi langsung kepada petani, perlindungan terhadap gagal
panen, perlindungan terhadap kreativitas petani, dan pelibatan petani dalam
perumusan kebijakan pertanian akan berdampak signifikan pada kegairahan petani
dan bertani.
c. http://www.tempo.co/read/news/2012/09/13/090429245/Anggaran-Pangan-Rp-83-Triliun-Dinilai-Tak-Cukup
Pada bacaan ini dijelaskan bahwa total
anggaran untuk ketahanan pangan di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) 2013 sebesar Rp 83 triliun tidak memadai. Anggaran itu tiga kali
lebih rendah daripada belanja pegawai sebesar Rp 241 triliun. Hak warga atas
pangan juga terancam dengan adanya pengkavelingan wilayah pesisir. Reklamasi
dan pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) sebagai contoh
dari pengkavelingan tersebut.
Padahal pengkavelingan itu telah
mempersempit akses nelayan tradisional atas wilayah tangkap. Kondisi ini
membuat kapal-kapal pencuri ikan bebas keluar masuk di wilayah perairan
Indonesia. Kiara (Keadilan Perikanan) mencatat, sejak 2001 hingga Agustus 2012,
sudah ada 2.469 kapal pencuri ikan yang tertangkap. Pencurian ikan tersebut
membuat ketersediaan sumber daya ikan menipis.
Pada bacaan ini dinyatakan bahwa harapan
Indonesia untuk menjadi negara yang berdaulat atas pangannya masih jauh.
Pasalnya, upaya untuk mewujudkan hal itu masih rendah. Ini terbukti dari
Rencana Kerja Pembangunan (RKP) dan Anggaran Pangan 2012-2013. Adapun kenaikan
dalam dana anggaran dan program, akan tetapi program ini tidak menyentuh
langsung inti permasalahan yang dihadapi rakyat. Karena sebagian besar dana anggaran
itu tidak langsung dinikmati para petani. Maka negara telah gagal melihat
masalah pangan di Indonesia. Pemerintah tidak memperbesar anggaran untuk petani
atau nelayan kecil, tetapi mengundang investor. Selain itu, pemerintah tidak
melihat potensi lokal, tetapi terus meningkatkan impor.
Pemerintah lebih
banyak membangun pelabuhan perikanan berskala besar. Sementara itu, nelayan
kita adalah nelayan tradisional. Seharusnya, program yang dibuat untuk
menyejahterakan nelayan Indonesia adalah merevitalisasi tempat pelelangan ikan.
Sehingga upaya-upaya untuk menyejahterakan nelayan, tidak optimal, dan tidak
tepat sasaran. Yang ada malah pemberian bantuan yang rentan diselewengkan.
Menteri-menterinya justru mengambil kesempatan ini untuk memperkokoh kekuatan
partai politiknya.
Indonesia, seperti juga dengan
negara-negara lain, mengalami ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim
global yang ekstrem dan tantangan penyediaan energi terbarukan yang penyediaan
bahan bakunya bersumber dari bahan pangan. Bahkan, persoalan ketahanan pangan
dalam situasi iklim yang berubah dan bioenergi telah menjadi tema untuk
memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Dengan merujuk pada tema internasional
tersebut, tema nasional di hari pangan adalah Ketahanan Pangan, Perubahan
Iklim, Bioenergi dan Kemandirian Petani.
Selain itu, masalah pangan dan
kekurangan gizi, di sisi lain juga terjadi kecenderungan masalah gizi lebih dan
kegemukan (obese). Rikesda menemukan ada sebanyak 20 persen bayi dan balita
yang mengalami gizi lebih, dan 12,6 persen kegemukan. Keadaan ini dapat menjadi
dilemma dalam upaya pembangunan gizi. Di Indonesia masalah gizi lebih dan
obesitas pada anak belum mendapat perhatian yang cukup karena pemerintah masih
disibukkan oleh masalah gizi kurang. Meskipun demikian, obesitas pada anak
perlu mendapat perhatian karena prevalensinya cenderung terus meningkat dan
memiliki dampak serius terhadap kesehatan. Oleh karena itu, strategi dan
program yang terarah berdasar pada hasil pemikiran dan penelitian multi sektor
dan multi disiplin sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan pangan dan gizi.
0 komentar:
Posting Komentar