IMPLEMENTASI K3 BAGI KESEHATAN PEKERJA




IMPLEMENTASI K3 BAGI KESEHATAN PEKERJA

Pembangunan nasional yang berlangsung di semua bidang kegiatan membawa dampak positif bagi perkembangan perekonomian dan kemakmuran bangsa. Tetapi di sisi lain perkembangan tersebut terutama di bidang industri mengandung potensi bahaya yang dapat menghambat proses pembangunan itu sendiri. Potensi bahaya ini jika tidak dikendalikan dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau ledakan maupun pencemaran lingkungan.

Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) merupakan aspek penting dalam aktifitas dunia industri, relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri.

Keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi isu penting, tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga dalam skala internasional. Setiap perusahaan diwajibkan untuk menerapkan persyaratan K3 Untuk menjamin hak-hak para pekerjanya.

Dahulu Lingkungan kerja yang dianggap remeh adalah pekerja/ buruh  meskipun buruh merupakan komponen yang memakan biaya paling besar dalam anggaran perusahaan, beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi perubahan cara pandang dan kita kini lebih memusatkan perhatian pada perundang-undangan yang bertujuan melindungi para pekerja, tidak hanya dari bahaya yang ditemui di tempat kerja namun juga dari segi kesinambungan pekerja dan suara yang lebih besar menjalankan perusahaan. Padahal telah disebutkan bahwa kewajiban yang dibebankan kepada para majikan mmenurut butir S. (2)(c) pada HWS adalah

... menyediakan berbagai informasi, instruksi, pelatihan dan penyeliaan seperlunya untuk memastikan, sejauh yang dapat dipraktikkan secara nalar kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja bagi para pekerjanya.

Program k3 yang ditujukan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja berkembang secara pesat. Pada masa lalu program keselamatan kerja bersifat mengatasi kecelakaan yang sudah terjadi, tetapi saat ini lebih bersifat prediktif (memperkirakan apa yang terjadi). Pendekatan prediktif ini dilandasi oleh konsep sebab kecelakaan yang melihat proses kecelakaan sebagai akibat kelemahan yang terjadi dalam sistem.

Didalam epidemologi K3, kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan hal yang ikhwal, banyak para pekerja yang tidak mengetahui bagaimana cara menjaga keselamatan dan kesehatan dirinya, untuk itu perlu diberikan sebuah materi tentang pedoman cara bekerja, salah satu caranya adalah bekerja dengan cara kerja yang baik dan benar. Tidak bisa dipungkiri bahwa tempat kerja merupakan hazard bagi para pekerja, penyakit yang mungkin timbul misalnya seorang yang sehari-hari bekerja dengan zat kimia tiap hari pula ia akan menghirup udara yag mengandung zat kimia pula terus menerus, hingga paru-parunya penuh dengan zat kimia yang dialirkan ke pembuluh darah dan kemudian mengganggu ketahanan tubuh.

Faktor fisik lainya yang mungkin akan mengganggu kesehatan pekerja adalah kebisisngan, radiasi, getaran mekanis, cuaca kerja, tekanan udara yang tinggi ataupun rendah, penerangan kerja, dan bau-bauan di tempat kerja. Higene perusahaan dan keselamatan kerja membantu mengurangi beban kerja dengan modefikasi cara kerja atau perencanaan mesin serta alat kerja,selain hal tersebut penggunaan APD yang sesuai dengan aspek teknis juga psikologis dan pengetahuan pekerja tentang keselamatan dirinya juga tidak boleh dilalaikan.



Daftar pustaka



Daryanto. 1985. Tanya jawab teknik Keselamatan kerja. Tarsito : Bandung

Ridley, John. 2004. Ikhtisar Kesehatan Keselamatan Kerja. Erlangga: Jakarta

Roesfandi, Sahab Sukri dkk.1993. Pedoman Audit Keselamatan dan kesehatan kerja (Audit K3).  DK3N: Jakarta selatan

Suma’mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja. Gunung Agung: Jakarta

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan kesehatan Kerja. Harapan Press: Surakarta


MORTALITAS



Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.Salah satu indikator kematian dalam bidang kesehatan yaitu masih tingginya AKI, AKB, AKABA DAN AKLANSIA, dimana ke empat indikator tersebut saling terkait dalam faktor kesehatan. Tingginya Angka kematian Ibu (AKI) di masyarakat disebabkan oleh Kurang Energi Kronis (KEK), Anemia pada ibu hamil dengan kadar Hemoglobin < 11 g/dl, ibu saat melahirkan memiliki fisik tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang, serta riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini. Indikator kedua yaitu Angka kematian Bayi (AKB) , penyebabnya bisa berupa asfeksia, BBLR, infeksi, diare, pneumonia, dan meningitis. Sedangkan dalam AKABA Suplementasi Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak umur 12-59 bulan 2 kali pertahun (bulan Februari dan Agustus) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang biasanya diberikan di posyandu juga berhubungan dengan higyne sanitasi baik pribadi maupun lingkungan. Dilain sisi tingginya AKLANSIA disebabkan oleh penyakit sistem sirkulasi, diikuti dengan infeksi, sistem pernapasan, pencernaan, otot rangka, endokrin, neoplasma, kecelakaan/cedera. Kematian akibat penyakit sistem sirkulasi dan endokrin di perkotaan lebih besar dibandingkan di pedesaan, sedangkan kematian akibat penyakit infeksi, sistem pernapasan, pencernaan lebih besar di pedesaan dibandingkan di perkotaan. Jenis penyakit infeksi adalah TB, diare, hepatitis virus, malaria. Jenis penyakit sistem sirkulasi adalah stroke, hipertensive heart disease dan ischaemic heart diseases. Neoplasma yang tercatat adalah kanker payudara, pencernaan, lymphoid, pharynx, paru-paru, otak, tiroid, sistem saraf. Proporsi terbesar penyakit sistem pernapasan adalah bronkhitis, asma, emfi sema. Saran: Kementerian Kesehatan harus melaksanakan segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan semua umur, pemeliharaan kesehatan serta kesejahteraan lansia dengan
mewujudkan jaminan sosial bagi lansia.


Pendidikan : pelajaran untuk memperhatikan nutrisi yang tepat, turut andil juga peran serta petugas medis dalam mengambil suatu keputusan tanpa adanya keraguan, serta teknologi pembuatan obat-obatan penyembuh dan antibiotik yang telah mengalami kemajuan.

Mitos

Mitos Salah Tentang MSG, Fakta Ilmiah MSG Aman

Mitos yang selama ini dianut oleh masyarakat awam dan sebagian klinisi atau dokter bahwa MSG berbahaya adalah salah. Ternyata MSG atau vetsin aman untuk digunakan atau dikonsumsi dalam makanan sehari-hari. Berbagai mitos tentang efek samping MSG tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat, sehingga seluruh badan pengawasan makanan dunia masih menggolongkan MSG sebagai bahan yang “Generally Regarded as Safe” (GRAS) dan tidak menentukan berapa batas asupan hariannya
MSG atau vetsin atau sering disebut micin bukanlah bumbu masak yang sering dipakai sebagai penyedap.  Manfaatnya sebagai sumber rasa gurih, memang tidak terbantahkan. Namun bukan berartisecara terbuka diterima dan bebas dari isu-isu negatif terutama bila dikaitkan dengan kesehatan.
MSG yang kita kenal Mono Sdium Glutamat pertama kali di Jepang pada tahun 1909. Perusahaan pertama yang memproduksi secara massal adalah Ajinomoto. Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan masakan dari masyarakat yang terus meninggkat, kemudian muncullah merk-merk dagang MSG lainnya.
MSG berawal dari penelitian Prof. Kikunae Ikeda (1908) yang menemukan bahwa Glutamat sumber rasa gurih (dalam bahasa jepang disebut umami) saat itu berhasil mengisolasi glutamat dari kaldu rumput laut dari jenis Kombu. Setahun kemudian Saburosuke Suzuki mengkomersialkan glutamat yang diisolasi oleh Ikeda.
Kandungan MSG
 MSG tersusun atas 78% Glutamat, 12% Natrium dan 10% air. Kandungan glutamat yang tinggi itulah yang menyebabkan rasa gurih dalam segala macam masakan. Glutamat itu sendiri termasuk dalam kelompok asam amino non esensial penyusun protein yang terdap[at juga dalam bahan makanan lain seperti daging, susu, keju, ASI dan dalam tubuh kita pun mengandung glutamat. Di dalam tubuh, glutamat dari MSG dan dari bahan lainnyadapat dimetabolime dengan baik oleh tubuh dan digunakan sebagai sumber energi usus halus.
Senyawa ini adalah gabungan dari sodium/natrium (garam), asam amino glutamate dan air. Penegas cita rasa gurih ini dibuat melalui proses fermentasi tetes tebu oleh bakteri Brevi-bacterium lactofermentum yang menghasilkan asam glutamat. Kemudian, dilakukan penambahan garam sehingga mengkristal. Itu sebabnya, MSG sering ditemukan dalam bentuk kristal putih.
Di Indonesia penggunaan MSG terbuat dari tetes tebu dan singkong melalui proses fermentasi. Jika dirunut dari sejasrahnya, pada awalnya MSG diambil dari rumput laut, kemudian diubah menggunakan sumberl lain karena mengingat keterbatasan rumput laut ap[abila dip[akai terus menerus akan menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
Fakta bahwa MSG aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan sayangnya tidak diketahui oleh banyak masyarakat. Hal ini dikemukakan oleh sang Penemu MSG, pada dasarnya MSG diciptakan untuk membantu penyerapan nutrisi makanan secara maksimal oleh tubuh.
Badan-badan kesehatan dunia saat ini seperti JEFCA (FAO+WHO khusus bahan pangan), Komunitas Kesehatan Eropa, US FDA dan BPOM pun mengamini hal tersebut, karena menyatakan aspek keamanan nya dan memberikan batas asupan harian dalam penggunaan MSG adalah NOT SPECIFIED atau secukupnya. Tidak ada penetapan angka dalam penggunaanyadalam mengkonsumsi MSG. Di Amerika, pengunaan MSG dimasukan dalam kategori GRAS (Generally Recognized as Safe) sama seperti penggunaan garam, gula dan soda kue dalam pengguaanya.
Isu-isu negatif yang beredar tidak didasari oleh kajian-kajian ilmiah yang diakui kredibilitasnya. Ada beberapa penelitian memvonis MSG sebagai sumber penyakit ternyata menggunakan metode penelitian yang rancu dan tidak relevan dalam pengguaan MSG dalam kehidupan sehari-hari.
Penemuan terbaru pada tahun 2007, menunjukan bahwa lidah dan lambung memiliki reseptor glutamat. keberadaan resewptor ini membantu dalam proses pencernaan dalam memperlancar proses pencernaan itu.
Penggunaan MSG dalam makanan pun dapat mengurangi konsumsi garam dapur 20-40% dengantetap mempertahankan rasa enak dan lezat makanan tersebut. Hal ini dapat membantu pengurangan resiko hip[ertensi dan jantung dengan tetap memberikan rasa yang enak dalam masakan tersebut.
Hal yang menyebabkan hal negatif dalam penggunaan MSG karena ada beberapa orang memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu, hal ini sama seperti alergi-alergi beberapa orang terhadap suatu hal tertentu tertentu (alergi seafood, alergi susu, alergi debu, alergi serbuk bunga, alergi bulu kucing-anjing dll). Oleh karena itu MSG mendapatkan cap negatif bagi masyarakat, padahal pada dasarnya MSG sangat membantu manusia dalam proses mencerna makanan secar maksimal. Perkembangan yang lain yang perlu di catat adalah rasa gurih (umami-jepang versi) telah diakui sebagai rasa dasar kelima selain manis, asin, asam dan pahit.
Mitos Salah Yang Terlanjur Dipercayai
Dalam laporannya pada FDA, FASEB mengemukakan fakta-fakta ilmiah sebagai berikut di bawah ini:
  • MSG bukan menyebabkan timbulnya Chinese Restaurant Syndrome
  • MSG dituduh sebagai biang keladi penyebab berbagai keluhan, yang disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari kejadian ketika seorang dokter di Amerika makan di restoran China, kemudian mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah. Sindrom ini terjadi disinyalir lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Laporan ini kemudian dimuat pada New England Journal of Medicine pada 1968.
  • Secara lengkap, sindrom atau kumpulan gejala itu terdiri atas:
    * Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan atas, dan dada
    * Rasa penuh di wajah
    * Nyeri dada
    * Sakit kepala
    * Mual
    * Berdebar-debar
    * Rasa kebas di belakang leher menjalar ke lengan dan punggung
    * Rasa kesemutan di wajah, pelipis, punggung bagian atas, leher, dan lengan
    * Mengantuk
    * Lemah
  • Berbagai penelitian ilmiah selanjutnya tidak menemukan adanya kaitan antara MSG dengan sindrom restoran China ini. Faktanya, mungkin ada sekelompok kecil orang yang bereaksi negatif terhadap MSG sehingga mengalami hal-hal tersebut. Gejala Chinese Restaurant Syndrome amat mirip dengan gejala serangan jantung.
  • Gejala Chineese Restaurant Syndrome ternyata juga mirip gejala reaksi simpanmg makanan atau gejala alergi. Ternyata alergi makanan dan hipersensitifitas makanan dapat menyebabkan gangguan semua organ tubuh termasuk gangguan pembuluh darah, otak, dan gangguan otot dan tulang.

  • Penderita penyakit jantung yang  mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG bisa terkecoh oleh  gejala ini. Mereka bisa menyangka telah terkena CRS padahal  sebenarnya sedang terkena serangan jantung. Peringatan bagi
    penderita penyakit jantung!  Namun belum jelas berapa persen dari penduduk yang mengalami hal ini. Selain itu, reaksi negatif MSG ini baru muncul bila orang tersebut makan sedikitnya 3 gram MSG tanpa makanan (dalam kondisi perut kosong). Keadaan ini bisa dikatakan sangat jarang terjadi, karena MSG biasanya dicampurkan ke dalam masakan. Selain itu, terdapat juga bahan makanan lain, terutama karbohidrat, yang dimakan bersamaan dengan MSG.
  • Apakah benar MSG menimbulkan sesak nafas pada penderita asma?
    Sesak nafas pada penderita asma setelah mengonsumsi MSG mungkin terjadi bila penyakit asmanya tidak terkontrol atau tidak diobati sebagaimana mestinya. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan MSG sebagai peneyebab alergi.
  • Sementara untuk dugaan antara konsumsi MSG dengan timbulnya lesi (luka) pada otak, munculnya penyakit Alzheimer, Huntington Disease, amyotopic lateral sclerosis, dan penyakit kronis lainnya, FDA telah mengambil tindakan. Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat ini telah meminta FASEB untuk menelaah ulang semua penelitian tentang efek kesehatan MSG.
  • Laporan final FASEB diterbitkan dalam buku setebal 350 halaman untuk FDA pada tanggal 31 Juli 1995. Berdasarkan laporan ini, FDA berpendapat bahwa tidak ada bukti ilmiah apa pun yang membuktikan bahwa MSG atau glutamat menyebabkan lesi otak dan penyakit kronis.

Aman dikonsumsi
Tahun 1987, Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari Badan Pangan Dunia milik PBB serta WHO, menempatkan MSG dalam kategori bahan penyedap masakan yang aman dokonsumsi dan tidak berpengaruh pada kesehatan tubuh. Pernyataan ini diperkuat oleh European Communities Scientific Committee for foods pada tahun 1991. Selanjutnya, Badan Penagwas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1995 menyatakan bahwa MSG termasuk sebagai bahan bumbu masakan, seperti halnya garam, merica, dan gula, sehingga aman bagi tubuh.

  • Untuk ibu hamil.
  • Bukti klinis memang belum ada. Namun FDA mengganggap MSG aman-aman saja buat ibu hamil. Belum terbukti ibu hamil yang mengonsumsi makanan mengandung MSG akan melahirkan bayi yang mengalami gangguan kesehatan. Penelitian baru dilakukan terhadap tikus hamil yang diberi MSG bubuk dalam dosis tinggi, 4 mg/hari, yang hasilnya menunjukkan MSG mampu menembus plasenta dan otak janin menyerap MSG dua kali lipat daripada otak induknya. Sepuluh hari setelah lahir, anak-anak tikus ini lebih rentan mengalami kejang dibanding dari induk yang tidak mengonsumsi MSG.  jadi mengingat apa pun yang masuk ke ibu akan diaslurkan oleh plasenta ke janin, sebaiknya ibu hamil mengurangi konsumsi MSG.
     
  • Untuk balita.
  • Sama halnya dengan ibu hamil, seberapa gram persisnya MSG dapat membahayakan kesehatan anak belum bias dibuktikan secara klinis. Namun, melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 69/1999, Badan Pengawas Obat dan MAkanan Indonesia melarang tegas penambahan MSG pada makanan pendamping ASI maupun susu formula untuk menghindari risiko gangguan kesehatan yang mungkin timbul, karena pencernaan anak-anak yang belum kuat.
     
  • Batas ambang konsumsi.
  • Belum ada peraturan baku dunia, termasuk yang dikeluarkan oleh lembaga pangan dan kesehatan dunia (FAO dan WHO). Yang sudah bisa diketahui adalah titik optimal rasa gurih yang bisa dirasakan seseorang, yaitu maksimal 5 gram/hari. Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, penggunaan MSG dibatasi secukupnya, tidak boleh berlebihan. Sayangnya, tidak dijelaskan secara detail berapa gram/hari yang dianjurkan.
 Prof Dr Ir H Hardinsyah MS, pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor memastikan bahwa masyarakat tak perlu takut menggunakan MSG sebagai penyedap masakan. Berdasarkan penelitian dan pengujian, produk ini terbukti aman dikonsumsi. MSG tersusun dari sodium (natrium), glutamat, dan air yang merupakan unsur nutrisi bagi tubuh. ”Untuk membuat MSG harus memakai gula. Glutamat, naturium, air, 3 komponen pembuat MSG.  Secara sains, tidak ada bukti alergi karena glutamat. Glutamat ada banyak di tomat, keju, daging, atau ASI,” jelas Taro Komura selaku President Director PT AJINOMOTO Sales Indonesia saat berbincang dengan okezone di pabrik AJINOMOTO yang berlokasi di Mojokerto.
Menurut Taro, BPOM Indonesia sendiri juga menentukan batas penggunaan MSG secukupnya. Sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa. Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan. Ada tiga tempat produksi Ajimonomoto yang diperlihatkan. Diawali dari Ajinex, di mana para tamu dapat melihat panel kontrol pengendali proses MSG. Dilanjutkan dengan area penerimaan tetes tebu yang merupakan bahan baku MSG. Lokasi berikutnya, MASAKO yang memperlihatkan bahwa bumbu ini dibuat dari daging ayam dan daging sapi asli, bukan hanya dari perasa daging. Tampak dari ruang kaca bagaimana daging ayam dan daging sapi diterima setelah sebelumnya melalui proses pengecekan kualitas oleh bagian QC. Selanjutnya daging sapi tersebut digiling dan daging ayam direbus kemudian dipisahkan dari tulang-tulangnya dan diolah menjadi bentuk butiran.

GAKI DAN PENGENDALIAN



Add caption

GAKI

Penyakit gondok disebabkan oleh membesarnya kelenjar tiroid pada leher. Hubungan antara penyakit ini dengan kurangnya konsumsi yodium telah diketahui lebih dari 130 tahun yang lalu. Beberapa sbab sebelumnya, penyakit gondok ditangani dengan mengkonsumsikan pasien benda yang  kaya akan yodium seperti karang laut yang dibakar. Yodium berinteraksi dengan protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatik dari protein ter-iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk suatu unit thyroxine yang berikatan dengan protein. Unit aromatik ini kemudian lepas dan menghasilkan suatu hormon tiroid thyroxine yang sangat kuat.
Manusia maupun hewan mamamalia muda memerlukan hormon tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kekurangan dari hormon tiroid pada saat kandungan berakibat penurunan mental dan daya pikir anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat rendah pada orang dewasa mengakibatkan hypotiroidism, atau sering kita sebut dengan istilah gondok, dengan gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering.
Yodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi makanan dan minuman berada dalam bentuk ion yodium, dan besarnya bergantung dari kadar yodium dalam tanah. Tanah dengan kadar yodium rendah mengakibatkan banyak pasien menderita penyakit gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam yang ber-iodinisasi NaI (100mg iyodium per gram garam).


Pengendalian

®     Makan makanan Yang Mengandung Yodium

Upaya Pemerintah Dalam Menekan Angka Penyakit Tidak Menular Ini Dengan Memberikan Garam Beriodium, Berstandar SNI Yang Akan Ditangani Oleh Kementerian Perindustrian Dan Mengadakan Penilaian Kadar Iodium Dalam Tubuh Manusia Pada Populasi Yang Dilakukan Oleh Kementerian Kesehatan.

Apabila tidak memperoleh garam beryodium maka menggunakan yodium tinctura (larutan yodium dalam alkool) yaitu dengan memasukkan satu tetes larutan tersebut dalam segelas air dan minumlah setiap hari. Terlalu banyak makan yodium dapat menimbulkan keracunan , maka minum hanya satu tetes per hari

Sumber Iodium:

1.    Ikan laut
2.    Ganggang-ganggangan
3.    Sayur-sayuran hijau
4.    Udang
5.    Kerang

®     Makan sumber pangan Vit. A

Kekurangan vitamin A juga berdampak terhadap metabolisme yodium. Penelitian Widardo menunjukkan bahwa anak balita yang diberi intervensi selenium dan vitamin A terjadi peningkatan status gizi dan status yodium (TSH) lebih baik dibandingkan dengan anak balita pembanding (kontrol).

®     Mengurangi Konsumsi Zat goiterogenik

zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat. Menurut Chapman goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti:

1.    kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ;

2.    kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ;

3.    kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan

4.    kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka)

®  Konsumsi banyak Protein

Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.



Dapus

Almatsier,Sunita. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anonim. 2012. Asupan Iodium Tak Hanya Berasal Dari Garam (Http://Sehatnegeriku.Com/Asuan-Iodium-Tak-Hanya-Berasal-Dari-Garam/)